Cerita Hujan
** Cerpen Cerita Hujan **
"Sayang kamu di mana?" suara Rey llewat telepon suatu malam sehabis magrib.
"Di rumah," gue jawab singkat.
"Ih jujur gitu sih jawabnya, ga romantis banget! Dihatimu gitu lho Mas!"
Halaah.. Stres gue! Jujur malah disalahin. Apa memang begitu semua cewek, lebih suka digombali dari pada enggak? "Iya Sayang. Aku di dalam hatimu, udah ga bisa keluar ga ada pintunya?"
"Kalo gak bs keluar,Keluarin di dalam aja mas,hehe..
"Dih apaan sih.dasar....!!"
"Ke rumahku dong Mas sekarang. Bete nih sendiri.." sambung dia, renyah dan manja.
"Duh masa sekarang sih?" gue keberatan,soalnya malam ini gue mau nonton bola. Lagipula baru malam kemarin gue ngapelin dia. Dahsyat benar daya ngangenin gue?!
"Kenapa? Ga mau ya? Ga sayang sama aku? Cuma suruh datang aja susah. Yaudah kalo ga mau!"
"Eh, eh bukan gitu.." jawab gue buru-buru sebelum dia lepar hape-nya ke klosed trs disiram. "Lihat dong di luar mendung.."
"Kenapa mendungnya ga disuruh masuk?!"suara rey terdengar ketus. Ngambek.
"Plis deh, Beb. Mendungnya hitam banget,bentar lagi pasti hujan."
"Alasan! Orang udah malam, yaiyalah mendungnya hitam. Lagian mendung bukan berarti hujan! Mana nih yang katanya demi aku badaikan dilalui lautan disebrangi? Gombal! Sama mendung aja jiper!"
"Yaudah aku datang..."
Benar saja, dalam perjalanan hujan turun begitu deras. Gue basah kuyup dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki. Kedinginan.Untung begitu nyampe tujuan, gue disambut senyumnya yang begitu menghangatkan hingga ke relung-relung jiwa. preeetttt
"Basah semua mas?" tanya dia ga penting banget.
"Ya gitudeh."
"Kehujanan?"
"Enggak. Keringetan!" jawab gue keki."Di tengah jalan tadi aku udah kena hujan tau ga sih?!"
"Udah tau di tengah jalan kehujanan, kenapa galewat pinggir? Udah gede kok ga pinter-pinter..hehehhe"
Gue diem. Punya pacar super cerdas emang harus banyak ngalah. Kalo ga bakal cakar2an.
"Masuk deh Mas, di rumah ga ada orang, papa mama pulang kampung menghadiri pesta ulang tahun nenek..."
"Ha ! Serius?"
"Iya. Makanya aku butuh kehadiranmu..."
Ha lagi?! Hasek! Senyum ga senonoh langsung tersungging di bibir. Kayaknya kepala gue juga mulai numbuh tanduk, kuping berubah jadi lancip serta gigi taring memanjang. Grrr!
"Di rumah cuma aku sama Pak karto..
"Lhah katanya ga ada orang? Pak karto orang juga kan beb? Kamu pikir setan?!
"Iya sih Mas, tapi aku tetap butuh kamu. Pak karto cuma penjaga kebun, sementara kamu penjaga hati, eeaa..
Halah! Mimisan 16 ember!
"Bajumu basah semua? Ganti sama pakaianku mau?"
"Apaan sih?!" masa aku pake lingeria sih?"Pake punya orang tuamu aja Beb," usulku, secara dia emang ga punya sodara cowok kan?
Dua menit kemudian.
"Ini Mas,"
"Ini apa-apaan?!" Aku melotot ganteng melihat gaun panjang putih mirip kostumnya kuntilanak yang diajukan dia.
"Katanya mau pake punya orang tuaku? Ini punya mamaku.."
"Bunuh aku sekalian beb! Bunuh!"
Muahaha. Dia ngakak. Dasar beha berhala! Suka banget kalo ngerjain aku.
Akhirnya, yang aku pilih adalah celana kain dan kemeja batik punya ayahnya, trus iseng-iseng aku tambahin aksesoris peci dan kacamata minus. Hmm unyu-unyu.. Mirip pak lurah mau ngecengin janda desa?Batinku sambil ngaca.
"Keren Mas! Mirip bupati Garut! Hahaha.."
Dia ngakak'in penampilanku.
"Ganteng berwibawa gitu ya?"
"Bukaaan!"
"Trus?"
"Tua! Hahaha.."
Serah deh serah! Apa kata lo Beb!
"Aku buatin kopi susu ya Mas?" tawar dia kemudian.
Aku setuju saja. Cocok banget suasana dingin-dingin gini. Tapi sayangnya, udah tujuh menit kopi susu tak kunjung tiba. Ilmu dapur dia emang ga meyakinkan. Aku kuatir masakan airnya gosong. Atau jangan-jangan susunya harus meres dulu makanya lama? Ah sudahlah..
Tak lama kemudian.
"Ini Mas.." sambil senyum malu-malu menggemaskan dia menyuguhkan kopi buatannya, kemudian duduk di sampingku,pokoknya udah mirip istri yang baik dan benar gitulah.
Selanjutnya sambil minum kopi segelas berdua, akudan dia nonton TV. Aku pengen nonton derby manchester, dia maunya nonton derbyromeo. Ga ada yang mau ngalah, saling pelotot-pelototan, tatap-tatapan,lama-lama akhirnya adu bibir eh, adu mulut maksudnya. Tiba - tiba...
"Kamar saya bocor Neng," lapor pak karto.Mau ngambil ember buat nampung air bocorannya."
"Oh nanti tolong ditambal ya pak."Jwb dia
Pak karto ngangguk.
"Ini Mas Panji ya? Kirain tadi Tuan, bajunya mirip.." Pak karto menatapku agak sinis, sepertinya dia ga begitu suka aku ada di sini.
"Iya saya sendiri," kataku, biarpun aku sering ke rumah dia tapi belum pernah kenalan sama Pak karto.
"Rumahnya di Solo kan?"
Weh Pak karto ternyata tau banyak tentang aku. Fans gelap nih jangan-jangan. "Iya.."
"Yang rumahnya ada jendelanya itu kan?"
Aku melongo sebentar. "Iya, iya. Kok tau sih?Apa lagi yang kamu tau tentang aku?"
"Kamu jelek!" tegas pak karto sambil berlalu.
Dia ngakak. Kampret bosnia! Ngocol juga si karto ini.
Seperginya pak karto, aku dan dia kembali nonton tv, sambil menikmati kopi segelas berdua. Dia emang baik dan pengertian, aku kedinginan dibikinin kopi, kamar karto bocor dikasih charm bodi fit anti kerut anti bocor, bahkan AC yang kedinginan pun dia selimutin.
Lama-lama bukan tv yang kami tonton, justru tv-lahyang nonton kami, yang tengah asyik ketawa ketiwi ngobrolin hal-hal ringan,kayak: kapas, asap, awan, balon dan sejenisnya. Juga ngobrolin tentang si Manchester biru musuh bebuyutannya MU. Lalu beralih bahas tenda biru pernikahan, tentang indahnya laut biru, luasnya langit biru dan semakin ga menentu bahas film biru segala. Nah kan?
Dan malam pun semakin larut, seiring hujan yang mulai surut.
"Bentar-bentar liatin dinding, ada apasih?"
"Liat jam Beb! Secara jamnya di dinding. Cobadi kening, pasti aku liatnya ke wajahmu terus." jelasku sekenanya."Ngomong-ngomong, udah jam 11 nih, aku harus segera mengundurkan diri..
"Pulang maksudnya?!" suara dia meninggi. Kelihatan banget kalo dia ga rela.
"Iya sayang. Aku harus tidur. Besok pagi harus kembali bertugas jadi orang ganteng..."
"Ish! Ganteng-ganteng kok gangguan jiwa?!" Dia ngeleletin lidah bikin aku gregetan, pengen rasanya aku gigit pake catutan kuku!
"Kalo pulang siapa yang nemenin aku? Mas tidur sini aja ya?" pinta dia.
Nah ini yang gue takutin, sekaligus gue harepin juga. Nginep di rumahnya, di saat keluarganya ga ada gini, hem.. Sesuatu. Sisi sholehku berkata jangan, ntar terjadi hal-hal yang diinginkan. Sementara dari kubu setan mendukung abis, katanya kan seru nanti bisa main dokter-dokteran sama dia. Cotttlah!
"Pliss dong nginep di sini aja..."sambung dia dengan wajah memohon, mirip kotak amal yang ngarep banget disedekahin ciuman.
"Tapi tidurnya di kamar kamu ya?" gue ngasih persyaratan.
"Iya boleh..
"Mhihihi..." langsung ketawa mesum.
"Tapi aku tidur di kamar tamu!"
"Ha! Muehehek.." berubah ketawa asem!
"Selalu deh, dikit-dikit mesum, dikit-dikit mesum. Mesum kok dikit-dikit...
Muahahaha. Aku ngakak sampai ganteng.
"Dengar ya Mas, aku biarpun kalo ngomong suka ngaco tapi punya harga diri yang jelas!"
"Berapa? Biasanya akhir taun gini banyak diskonan, ehehe..
"Murah sih sebenarnya, cuma seperangkat alat sholat dibayar tunai. Sanggup? Kapan?"
Jleb! Aku terdiam seribu bahasa binatang, seakan terkutuk jadi patung pancoran.
"Gimana? Jadi kan nginep di sini?"
Aku noleh. Menatapnya. Dia juga menatap aku sayu.Argh... Aku paling ga kuat kalo udah ditatap model begitu. Bawaannya pengen mati aja di pelukannya.
"Aku ga bisa, beb. Sorri.." tolakku pelan, agak keberatan sebenarnya.
Tapi itu adalah keputusan penting. Aku begitu menyayangi dia, aku harus menjaganya sampai nanti. Aku ga ingin merenggut sesuatu yang belum waktunya. Itu tekad aku dari dulu. Andai aku nekad bermalam di sini, disuguhi kemolekannya, di rumah yang sepi, didukung cuaca yang begitu dingin, bisa-bisa prinsipku teringkari malam ini. Makanya aku takut nginep!
"Kenapa ga bisa?!"
Pertanyaan yang udah aku duga. Dan aku udah mempersiapkan jawabannya: "Besok aku kan harus ke kantor, itu juga demi membawamu ke kantor urusan agama suatu hari nanti, Beb..
Dia buang muka. Pengen senyum tapi ditahan. Lucu.Aku ngeliatnya jadi ketawa. Ngelihat aku ngakak diapun akhirnya ikutan ngakaktak tertahankan. Beberapa saat kemudian ketawa kami selesai. Saling diam. Lalusaling pandang. Tiba-tiba ngakak lagi.
"Yaudah sekarang aku balik dulu...
"Ih kok beneran pulang sih?"
Lhah tadi udah ketawa-ketawi, kirain udah gag masalah aku ga nginep.
"Aku mau Mas tetap di sini, setidaknya sampai besok pagi."
"Aku bukan ga mau beb, tapi aku takut...
"Takut apa? Emang wajahku menakutkan? Kamuudah ga kayak dulu lagi, Mas. Jangan-jangan tanpa sepengetahuanku kamu terjun ke dunia politik! Iya kan? Ngaku!" cerocos dia.
Aku gelagapan. "Maksudmu aku ikutan caleg gitu? Ga sempat Beb, mikirin kamu aja udah pusing tujuh travelling, apalagi mikirin rakyat!"
"Udahlah Mas. Buktinya sekarang kamu memang berubah?! Ga kayak rusdi waktu pertama jadian. Pasti kamu ikut partai Nasdem!Gerakan perubahan! Yekan?!"
Duh wanitaku ini, kalo udah punya keinginan, gigih bener memperjuangkannya.
"Aku takut nanti terjadi hal-hal yang diinginkan, beb..
"Owh gitu? Jadi kamu lebih takut terjadihal-hal yang diinginkan daripada takut kehilanganku?! Yaudah pulang sana, gausah pikirin aku lagi, biarin aja kalo nanti aku diperkosa Karto!" Dia cemberut berat.
"Yowis aku nginep sini! Puas!"
"Lhoh? Tuan udah pulang?"
Suara seseorang tiba-tiba menghentikan adegan adumulut. Setdah! Ternyata bener omongan orang, kalo lagi berdua-duaan sebenarnya ada pihak ketiga: setan! Iya benar itu setannya datang.
"Pak karto? Ada apa Pak?" Dia pasang tampang tak mengerti.
Aku akhirnya tidur di rumah rey. Tapi jangan berprasangka baik aku tidur nenenin, ups, nemenin dia sekamar ya? Aku di kamar tidur tamu, dia di kamarnya sendiri.
Di luar hujan kembali menderas. Malam semakin dingin. Aku gelisah. Aku baca doa sebelum bobo. Pengen cepet-cepet tidur. Tapi dasar setan emang ga pernah nyerah, udah aku doa-doain masih aja menggoda hatiku yang suci ini.
Aku paksa memejam mata, tapi semakin aku merem,bayangan body dia makin menari-nari.
Argh!
Aku bangun! Ngaca sebentar. Setelah itu melangkah perlahan ke luar menuju kamarnya. Lalu dengan gaya sopir trek di warung remang-remang pinggir jalan, aku ngetuk pintu kamarnya: "Neng, bukain dong pintunya, Abang sudah ga tahan nih...
Astaghfirullah! Aku istigfar tiga kali! Untung itu tadi cuma ada di khayalan. Dadaku berdebar. Pahaku bergetar! Ini karena nada getar hape yang ada di saku celanaku. Ada yang nelpon. Dia!!!
"Halo Mas. Maaf ganggu bentar.." suara dia.
"Gapapa kok. Aku belum tidur?"
"Kenapa?"
"Ga tau. Dari tadi udah usaha tidur tapi ga bisa-bisa."
"Payah kamu Mas. Nidurin diri sendiri aja ga bisa, gimana nanti nidurin aku...
"Heh?! Ga sopan ya!"
"Hehe..
"Kamu sendiri kenapa belum tidur?"
"Sama sih Mas, ga bisa tidur juga...
"Sini, sini aku tidurin..
"Ga sopan Mas! Cium juga nih lama-lama."
"Haha Oh iya lupa."
Hening sebentar.
"Emm Mas..." Dia ragu-ragu mau ngomong.
"Ada apa beb?"
"Mas tidurnya ditemenin boleh ya?"
"Apah?!" Aku terkesiap, henpon nyaris terlepas dari genggaman.
"Aku ke kamarnya Mas sekarang.."
Belum sempat aku jawab, telepon diputus begitu saja. Wah ini gokil! Harus gimana aku? Mempersilahkan dia tidur di sini jelas bisa memancing kerusuhan, sementara melarangnya juga bukan keputusan yang tepat. Menolak rezeki itu ga baik iya kan? Binun! Dilema! Bagai makan buahsimalakama mentah!
"Mas. Buka pintunya..."
Dia sudah datang! Oke tenang, tenang. Katanya lelaki harus bisa mengambil keputusan di saat genting seperti ini. Ya sudahlah,mungkin ini sudah takdirku harus melakukan dosa terindah.
Aku buka pintu. Terlihat wajah rey yang tersenyum malu-malu, mirip pengantin mau malam pertamaan.
"Emm.. Bisa kan Mas ranjangnya untuk berdua?"
"Bisa, bisa.." jawabku kesetanan.
"Muat kan?"
"Percayalah beb, selalu tersedia ruang kosong,di hati juga tempat tidurku untuk kamu tempati.."
Tiba-tiba Pak karto muncul! Apaan sih ih?! Kayaknya dia sengaja mata-matain gue deh, munculnya selalu di waktu yang tepat?
Dia menatapku, seperti biasa ngasih senyuman, ga pernah ngasih duit. Dan berkata: "Tadi Pak Karto SMS, katanya kamarnya makin parah bocornya. Kasihan kan Mas? Yaudah aku suruh aja tidur di kamar km,sekalian nemenin kamu, Mas..."
Arrggg... Tnyta yg nemenin pak karto bukan dia.Setan - setan yg ada di sekelilingku lgsg pingsan kejet2. Dan aku pun lgsg salto dr tempat tidur.
Tamat.....
"Sayang kamu di mana?" suara Rey llewat telepon suatu malam sehabis magrib.
"Di rumah," gue jawab singkat.
"Ih jujur gitu sih jawabnya, ga romantis banget! Dihatimu gitu lho Mas!"
Halaah.. Stres gue! Jujur malah disalahin. Apa memang begitu semua cewek, lebih suka digombali dari pada enggak? "Iya Sayang. Aku di dalam hatimu, udah ga bisa keluar ga ada pintunya?"
"Kalo gak bs keluar,Keluarin di dalam aja mas,hehe..
"Dih apaan sih.dasar....!!"
"Ke rumahku dong Mas sekarang. Bete nih sendiri.." sambung dia, renyah dan manja.
"Duh masa sekarang sih?" gue keberatan,soalnya malam ini gue mau nonton bola. Lagipula baru malam kemarin gue ngapelin dia. Dahsyat benar daya ngangenin gue?!
"Kenapa? Ga mau ya? Ga sayang sama aku? Cuma suruh datang aja susah. Yaudah kalo ga mau!"
"Eh, eh bukan gitu.." jawab gue buru-buru sebelum dia lepar hape-nya ke klosed trs disiram. "Lihat dong di luar mendung.."
"Kenapa mendungnya ga disuruh masuk?!"suara rey terdengar ketus. Ngambek.
"Plis deh, Beb. Mendungnya hitam banget,bentar lagi pasti hujan."
"Alasan! Orang udah malam, yaiyalah mendungnya hitam. Lagian mendung bukan berarti hujan! Mana nih yang katanya demi aku badaikan dilalui lautan disebrangi? Gombal! Sama mendung aja jiper!"
"Yaudah aku datang..."
Benar saja, dalam perjalanan hujan turun begitu deras. Gue basah kuyup dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki. Kedinginan.Untung begitu nyampe tujuan, gue disambut senyumnya yang begitu menghangatkan hingga ke relung-relung jiwa. preeetttt
"Basah semua mas?" tanya dia ga penting banget.
"Ya gitudeh."
"Kehujanan?"
"Enggak. Keringetan!" jawab gue keki."Di tengah jalan tadi aku udah kena hujan tau ga sih?!"
"Udah tau di tengah jalan kehujanan, kenapa galewat pinggir? Udah gede kok ga pinter-pinter..hehehhe"
Gue diem. Punya pacar super cerdas emang harus banyak ngalah. Kalo ga bakal cakar2an.
"Masuk deh Mas, di rumah ga ada orang, papa mama pulang kampung menghadiri pesta ulang tahun nenek..."
"Ha ! Serius?"
"Iya. Makanya aku butuh kehadiranmu..."
Ha lagi?! Hasek! Senyum ga senonoh langsung tersungging di bibir. Kayaknya kepala gue juga mulai numbuh tanduk, kuping berubah jadi lancip serta gigi taring memanjang. Grrr!
"Di rumah cuma aku sama Pak karto..
"Lhah katanya ga ada orang? Pak karto orang juga kan beb? Kamu pikir setan?!
"Iya sih Mas, tapi aku tetap butuh kamu. Pak karto cuma penjaga kebun, sementara kamu penjaga hati, eeaa..
Halah! Mimisan 16 ember!
"Bajumu basah semua? Ganti sama pakaianku mau?"
"Apaan sih?!" masa aku pake lingeria sih?"Pake punya orang tuamu aja Beb," usulku, secara dia emang ga punya sodara cowok kan?
Dua menit kemudian.
"Ini Mas,"
"Ini apa-apaan?!" Aku melotot ganteng melihat gaun panjang putih mirip kostumnya kuntilanak yang diajukan dia.
"Katanya mau pake punya orang tuaku? Ini punya mamaku.."
"Bunuh aku sekalian beb! Bunuh!"
Muahaha. Dia ngakak. Dasar beha berhala! Suka banget kalo ngerjain aku.
Akhirnya, yang aku pilih adalah celana kain dan kemeja batik punya ayahnya, trus iseng-iseng aku tambahin aksesoris peci dan kacamata minus. Hmm unyu-unyu.. Mirip pak lurah mau ngecengin janda desa?Batinku sambil ngaca.
"Keren Mas! Mirip bupati Garut! Hahaha.."
Dia ngakak'in penampilanku.
"Ganteng berwibawa gitu ya?"
"Bukaaan!"
"Trus?"
"Tua! Hahaha.."
Serah deh serah! Apa kata lo Beb!
"Aku buatin kopi susu ya Mas?" tawar dia kemudian.
Aku setuju saja. Cocok banget suasana dingin-dingin gini. Tapi sayangnya, udah tujuh menit kopi susu tak kunjung tiba. Ilmu dapur dia emang ga meyakinkan. Aku kuatir masakan airnya gosong. Atau jangan-jangan susunya harus meres dulu makanya lama? Ah sudahlah..
Tak lama kemudian.
"Ini Mas.." sambil senyum malu-malu menggemaskan dia menyuguhkan kopi buatannya, kemudian duduk di sampingku,pokoknya udah mirip istri yang baik dan benar gitulah.
Selanjutnya sambil minum kopi segelas berdua, akudan dia nonton TV. Aku pengen nonton derby manchester, dia maunya nonton derbyromeo. Ga ada yang mau ngalah, saling pelotot-pelototan, tatap-tatapan,lama-lama akhirnya adu bibir eh, adu mulut maksudnya. Tiba - tiba...
"Kamar saya bocor Neng," lapor pak karto.Mau ngambil ember buat nampung air bocorannya."
"Oh nanti tolong ditambal ya pak."Jwb dia
Pak karto ngangguk.
"Ini Mas Panji ya? Kirain tadi Tuan, bajunya mirip.." Pak karto menatapku agak sinis, sepertinya dia ga begitu suka aku ada di sini.
"Iya saya sendiri," kataku, biarpun aku sering ke rumah dia tapi belum pernah kenalan sama Pak karto.
"Rumahnya di Solo kan?"
Weh Pak karto ternyata tau banyak tentang aku. Fans gelap nih jangan-jangan. "Iya.."
"Yang rumahnya ada jendelanya itu kan?"
Aku melongo sebentar. "Iya, iya. Kok tau sih?Apa lagi yang kamu tau tentang aku?"
"Kamu jelek!" tegas pak karto sambil berlalu.
Dia ngakak. Kampret bosnia! Ngocol juga si karto ini.
Seperginya pak karto, aku dan dia kembali nonton tv, sambil menikmati kopi segelas berdua. Dia emang baik dan pengertian, aku kedinginan dibikinin kopi, kamar karto bocor dikasih charm bodi fit anti kerut anti bocor, bahkan AC yang kedinginan pun dia selimutin.
Lama-lama bukan tv yang kami tonton, justru tv-lahyang nonton kami, yang tengah asyik ketawa ketiwi ngobrolin hal-hal ringan,kayak: kapas, asap, awan, balon dan sejenisnya. Juga ngobrolin tentang si Manchester biru musuh bebuyutannya MU. Lalu beralih bahas tenda biru pernikahan, tentang indahnya laut biru, luasnya langit biru dan semakin ga menentu bahas film biru segala. Nah kan?
Dan malam pun semakin larut, seiring hujan yang mulai surut.
"Bentar-bentar liatin dinding, ada apasih?"
"Liat jam Beb! Secara jamnya di dinding. Cobadi kening, pasti aku liatnya ke wajahmu terus." jelasku sekenanya."Ngomong-ngomong, udah jam 11 nih, aku harus segera mengundurkan diri..
"Pulang maksudnya?!" suara dia meninggi. Kelihatan banget kalo dia ga rela.
"Iya sayang. Aku harus tidur. Besok pagi harus kembali bertugas jadi orang ganteng..."
"Ish! Ganteng-ganteng kok gangguan jiwa?!" Dia ngeleletin lidah bikin aku gregetan, pengen rasanya aku gigit pake catutan kuku!
"Kalo pulang siapa yang nemenin aku? Mas tidur sini aja ya?" pinta dia.
Nah ini yang gue takutin, sekaligus gue harepin juga. Nginep di rumahnya, di saat keluarganya ga ada gini, hem.. Sesuatu. Sisi sholehku berkata jangan, ntar terjadi hal-hal yang diinginkan. Sementara dari kubu setan mendukung abis, katanya kan seru nanti bisa main dokter-dokteran sama dia. Cotttlah!
"Pliss dong nginep di sini aja..."sambung dia dengan wajah memohon, mirip kotak amal yang ngarep banget disedekahin ciuman.
"Tapi tidurnya di kamar kamu ya?" gue ngasih persyaratan.
"Iya boleh..
"Mhihihi..." langsung ketawa mesum.
"Tapi aku tidur di kamar tamu!"
"Ha! Muehehek.." berubah ketawa asem!
"Selalu deh, dikit-dikit mesum, dikit-dikit mesum. Mesum kok dikit-dikit...
Muahahaha. Aku ngakak sampai ganteng.
"Dengar ya Mas, aku biarpun kalo ngomong suka ngaco tapi punya harga diri yang jelas!"
"Berapa? Biasanya akhir taun gini banyak diskonan, ehehe..
"Murah sih sebenarnya, cuma seperangkat alat sholat dibayar tunai. Sanggup? Kapan?"
Jleb! Aku terdiam seribu bahasa binatang, seakan terkutuk jadi patung pancoran.
"Gimana? Jadi kan nginep di sini?"
Aku noleh. Menatapnya. Dia juga menatap aku sayu.Argh... Aku paling ga kuat kalo udah ditatap model begitu. Bawaannya pengen mati aja di pelukannya.
"Aku ga bisa, beb. Sorri.." tolakku pelan, agak keberatan sebenarnya.
Tapi itu adalah keputusan penting. Aku begitu menyayangi dia, aku harus menjaganya sampai nanti. Aku ga ingin merenggut sesuatu yang belum waktunya. Itu tekad aku dari dulu. Andai aku nekad bermalam di sini, disuguhi kemolekannya, di rumah yang sepi, didukung cuaca yang begitu dingin, bisa-bisa prinsipku teringkari malam ini. Makanya aku takut nginep!
"Kenapa ga bisa?!"
Pertanyaan yang udah aku duga. Dan aku udah mempersiapkan jawabannya: "Besok aku kan harus ke kantor, itu juga demi membawamu ke kantor urusan agama suatu hari nanti, Beb..
Dia buang muka. Pengen senyum tapi ditahan. Lucu.Aku ngeliatnya jadi ketawa. Ngelihat aku ngakak diapun akhirnya ikutan ngakaktak tertahankan. Beberapa saat kemudian ketawa kami selesai. Saling diam. Lalusaling pandang. Tiba-tiba ngakak lagi.
"Yaudah sekarang aku balik dulu...
"Ih kok beneran pulang sih?"
Lhah tadi udah ketawa-ketawi, kirain udah gag masalah aku ga nginep.
"Aku mau Mas tetap di sini, setidaknya sampai besok pagi."
"Aku bukan ga mau beb, tapi aku takut...
"Takut apa? Emang wajahku menakutkan? Kamuudah ga kayak dulu lagi, Mas. Jangan-jangan tanpa sepengetahuanku kamu terjun ke dunia politik! Iya kan? Ngaku!" cerocos dia.
Aku gelagapan. "Maksudmu aku ikutan caleg gitu? Ga sempat Beb, mikirin kamu aja udah pusing tujuh travelling, apalagi mikirin rakyat!"
"Udahlah Mas. Buktinya sekarang kamu memang berubah?! Ga kayak rusdi waktu pertama jadian. Pasti kamu ikut partai Nasdem!Gerakan perubahan! Yekan?!"
Duh wanitaku ini, kalo udah punya keinginan, gigih bener memperjuangkannya.
"Aku takut nanti terjadi hal-hal yang diinginkan, beb..
"Owh gitu? Jadi kamu lebih takut terjadihal-hal yang diinginkan daripada takut kehilanganku?! Yaudah pulang sana, gausah pikirin aku lagi, biarin aja kalo nanti aku diperkosa Karto!" Dia cemberut berat.
"Yowis aku nginep sini! Puas!"
"Lhoh? Tuan udah pulang?"
Suara seseorang tiba-tiba menghentikan adegan adumulut. Setdah! Ternyata bener omongan orang, kalo lagi berdua-duaan sebenarnya ada pihak ketiga: setan! Iya benar itu setannya datang.
"Pak karto? Ada apa Pak?" Dia pasang tampang tak mengerti.
Aku akhirnya tidur di rumah rey. Tapi jangan berprasangka baik aku tidur nenenin, ups, nemenin dia sekamar ya? Aku di kamar tidur tamu, dia di kamarnya sendiri.
Di luar hujan kembali menderas. Malam semakin dingin. Aku gelisah. Aku baca doa sebelum bobo. Pengen cepet-cepet tidur. Tapi dasar setan emang ga pernah nyerah, udah aku doa-doain masih aja menggoda hatiku yang suci ini.
Aku paksa memejam mata, tapi semakin aku merem,bayangan body dia makin menari-nari.
Argh!
Aku bangun! Ngaca sebentar. Setelah itu melangkah perlahan ke luar menuju kamarnya. Lalu dengan gaya sopir trek di warung remang-remang pinggir jalan, aku ngetuk pintu kamarnya: "Neng, bukain dong pintunya, Abang sudah ga tahan nih...
Astaghfirullah! Aku istigfar tiga kali! Untung itu tadi cuma ada di khayalan. Dadaku berdebar. Pahaku bergetar! Ini karena nada getar hape yang ada di saku celanaku. Ada yang nelpon. Dia!!!
"Halo Mas. Maaf ganggu bentar.." suara dia.
"Gapapa kok. Aku belum tidur?"
"Kenapa?"
"Ga tau. Dari tadi udah usaha tidur tapi ga bisa-bisa."
"Payah kamu Mas. Nidurin diri sendiri aja ga bisa, gimana nanti nidurin aku...
"Heh?! Ga sopan ya!"
"Hehe..
"Kamu sendiri kenapa belum tidur?"
"Sama sih Mas, ga bisa tidur juga...
"Sini, sini aku tidurin..
"Ga sopan Mas! Cium juga nih lama-lama."
"Haha Oh iya lupa."
Hening sebentar.
"Emm Mas..." Dia ragu-ragu mau ngomong.
"Ada apa beb?"
"Mas tidurnya ditemenin boleh ya?"
"Apah?!" Aku terkesiap, henpon nyaris terlepas dari genggaman.
"Aku ke kamarnya Mas sekarang.."
Belum sempat aku jawab, telepon diputus begitu saja. Wah ini gokil! Harus gimana aku? Mempersilahkan dia tidur di sini jelas bisa memancing kerusuhan, sementara melarangnya juga bukan keputusan yang tepat. Menolak rezeki itu ga baik iya kan? Binun! Dilema! Bagai makan buahsimalakama mentah!
"Mas. Buka pintunya..."
Dia sudah datang! Oke tenang, tenang. Katanya lelaki harus bisa mengambil keputusan di saat genting seperti ini. Ya sudahlah,mungkin ini sudah takdirku harus melakukan dosa terindah.
Aku buka pintu. Terlihat wajah rey yang tersenyum malu-malu, mirip pengantin mau malam pertamaan.
"Emm.. Bisa kan Mas ranjangnya untuk berdua?"
"Bisa, bisa.." jawabku kesetanan.
"Muat kan?"
"Percayalah beb, selalu tersedia ruang kosong,di hati juga tempat tidurku untuk kamu tempati.."
Tiba-tiba Pak karto muncul! Apaan sih ih?! Kayaknya dia sengaja mata-matain gue deh, munculnya selalu di waktu yang tepat?
Dia menatapku, seperti biasa ngasih senyuman, ga pernah ngasih duit. Dan berkata: "Tadi Pak Karto SMS, katanya kamarnya makin parah bocornya. Kasihan kan Mas? Yaudah aku suruh aja tidur di kamar km,sekalian nemenin kamu, Mas..."
Arrggg... Tnyta yg nemenin pak karto bukan dia.Setan - setan yg ada di sekelilingku lgsg pingsan kejet2. Dan aku pun lgsg salto dr tempat tidur.
Tamat.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar